Revitalisasi Peran kaum Muda

Jumat, 04 Februari 2011

2 Jurnalis Prancis Hilang di Mesir



Kairo - Situasi di Mesir masih mencekam. Bahkan dua wartawan Prancis dilaporkan hilang di negeri itu di tengah maraknya aksi demo antipemerintah.

Kedua jurnalis tersebut merupakan reporter untuk saluran televisi berbayar Prancis, Canal +. Mereka ditahan oleh sekelompok pria bersenjata di Kairo ketika tengah meliput aksi demo pada Kamis, 3 Februari waktu setempat.

Stasiun televisi Prancis tersebut menyatakan, pihaknya hingga saat ini tidak tahu kabar terakhir mengenai kedua jurnalis tersebut. Demikian seperti diberitakan media Press TV, Sabtu (5/2/2011).

Situasi di Mesir semakin tak kondusif, terlebih lagi bagi para wartawan. Para jurnalis dari Brasil, Prancis, Polandia, Rusia, Inggris, Amerika Serikat dan negara-negara lainnya belakangan ini telah ditahan di Mesir yang terus dilanda aksi demo antipemerintah.

Seorang reporter TV Swedia saat ini dalam kondisi kritis di rumah sakit Kairo. Jurnalis tersebut ditikam di punggungnya saat meliput aksi protes pada Kamis, 3 Februari waktu setempat.

Pada Jumat, 4 Februari waktu setempat, kantor media Al-Jazeera di Kairo dibakar beserta peralatan di dalamnya.

Komisioner Tinggi PBB untuk HAM, Navi Pillay telah menyerukan otoritas Mesir untuk membebaskan semua jurnalis dan aktivis HAM yang ditangkap saat meliput revolusi di negeri itu.

Sebuah Pelajaran Cinta dari Negeri Sakura


Toshinobu Kubota , yang biasa dipanggil Shinji mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya di negerinya yang lama untuk mencari hidup yang lebih baik di Amerika. Ayahnya memberinya uang simpanan keluarga yang disembunyikan di dalam kantong kulit.

“Di sini keadaan sulit ,” katanya sambil memeluk putranya dan mengucapkan selamat tinggal. “Kau adalah harapan kami.”

Shinji naik ke kapal lintas Atlantik yang menawarkan transport gratis bagi pemuda-pemuda yang mau bekerja sebagai penyekop batubara sebagai imbalan ongkos pelayaran selama sebulan. Kalau Shinji menemukan emas di Pegunungan Colorado, keluarganya akan menyusul.

Berbulan-bulan Shinji mengolah tanahnya tanpa kenal lelah. Urat emas yang tidak besar memberinya penghasilan yang pas-pasan namun teratur.
Setiap hari ketika pulang ke pondoknya yang terdiri atas dua kamar, Shinji merindu kan dan sangat ingin disambut oleh wanita yang dicintainya.
Satu-satunya yang disesalinya ketika menerima tawaran untuk mengadu nasib ke Amerika adalah terpaksa meninggalkan Asaka Matsutoya sebelum secara resmi punya kesempatan mendekati gadis itu. Sepanjang ingatannya, keluarga mereka sudah lama berteman dan selama itu pula diam-diam dia berharap bisa memperistri Asaka.

Rambut Asaka yang ikal panjang dan senyumnya yang menawan membuatnya menjadi putri Keluarga Yoshinori Matsutoya yang paling cantik.
Shinji baru sempat duduk di sampingnya dalam acara perayaan pesta bunga dan mengarang alasan-alasan konyol untuk singgah di rumah gadis itu agar bisa bertemu dengannya. Setiap malam sebelum tidur di kabinnya , Shinji ingin sekali membelai rambut Asaka yang pirang kemerahan dan memeluk gadis itu. Akhirnya, dia menyurati ayahnya , meminta bantuannya untuk mewujudkan impiannya.

Kira-kira setahun kemudian, sebuah telegram datang mengabarkan rencana untuk membuat hidup Shinji menjadi lengkap. Pak Yoshinori Matsutoya akan mengirimkan putrinya kepada Shinji di Amerika. Putrinya itu suka bekerja keras dan punya intuisi bisnis. Dia akan bekerja sama dengan Shinji selama setahun dan membantunya mengembangkan bisnis penambangan emas.
Diharapkan, setelah setahun itu keluarganya akan mampu datang ke Amerika untuk menghadiri pernikahan mereka.

Hati Shinji sangat bahagia. Dia menghabiskan satu bulan berikutnya untuk mengubah pondoknya menjadi tempat tinggal yang nyaman. Dia membeli ranjang sederhana untuk tempat tidurnya di ruang duduk dan menata bekas tempat tidurnya agar pantas untuk seorang wanita. Gorden dari bekas karung goni yang menutupi kotornya jendela diganti dengan kain bermotif bunga dari bekas karung terigu. Di meja samping tempat tidur dia meletakkan wadah kaleng berisi bunga-bunga kering yang dipetiknya di padang rumput.

Akhirnya , tibalah hari yang sudah dinanti-nantikannya sepanjang hidup.
Dengan tangan membawa seikat bunga daisy segar yang baru dipetik , dia pergi ke stasiun kereta api. Asap mengepul dan roda-roda berderit ketika kereta api mendekat lalu berhenti. Shinji melihat setiap jendela , mencari senyum dan rambut ikal Asaka. Jantungnya berdebar kencang penuh harap, kemudian tersentak karena kecewa.

Bukan Asaka , tetapi Yumi Matsutoya kakaknya, yang turun dari kereta api. Gadis itu berdiri malu-malu di depannya, matanya menunduk. Shinji hanya bisa memandang terpana. Kemudian, dengan tangan gemetar diulurkannya buket bunga itu kepada Yumi. “Selamat datang,” katanya lirih, matanya menatap nanar. Senyum tipis meng hias wajah Yumi yang tidak cantik.

“Aku senang ketika Ayah mengatakan kau ingin aku datang ke sini,” kata Yumi, sambil sekilas memandang mata Shinji sebelum cepat-cepat menunduk lagi.
“Aku akan mengurus bawaanmu ,” kata Shinji dengan senyum terpaksa.

Bersama-sama mereka berjalan ke kereta kuda. Pak Matsutoya dan ayahnya benar. Yumi memang punya intuisi bisnis yang hebat. Sementara Shinji bekerja di tambang, dia bekerja di kantor. Di meja sederhana di sudut ruang duduk, dengan cermat Yumi mencatat semua kegiatan di tambang. Dalam waktu 6 bulan, asset mereka telah berlipat dua. Masakannya yang lezat dan senyumnya yang tenang menghiasi pondok itu dengan sentuhan ajaib seorang wanita.
Tetapi bukan wanita ini yang kuinginkan , keluh Shinji dalam hati, setiap malam sebelum tidur kecapekan di ruang duduk. Mengapa mereka mengirim Yumi ? Akankah dia bisa bertemu lagi dengan Asaka ? Apakah impian lamanya untuk memperistri Asaka harus dilupakannya ?
Setahun lamanya Yumi dan Shinji bekerja, bermain, dan tertawa bersama, tetapi tak pernah ada ungkapan cinta. Pernah sekali, Yumi mencium pipi Shinji sebelum masuk kekamarnya. Pria itu hanya tersenyum canggung. Sejak itu, kelihatannya Yumi cukup puas dengan jalan-jalan berdua menjelajahi pegunungan atau dengan mengobrol di beranda setelah makan malam.

Pada suatu sore di musim semi, hujan deras mengguyur punggung bukit, membuat jalan masuk ke tambang mereka longsor. Dengan kesal Shinji mengisi karung-karung pasir dan meletakkannya sedemikan rupa untuk membelokkan arus air. Badannya lelah dan basah kuyup, tetapi tampaknya usahanya sia-sia. Tiba-tiba Yumi muncul di sampingnya, memegangi karung goni yang terbuka. Shinji menyekop dan memasuk kan pasir kedalamnya, kemudian dengan tenaga sekuat lelaki, Yumi melemparkan karung itu ke tumpukan lalu membuka karung lainnya. Berjam-jam mereka bekerja dengan kaki terbenam lumpur setinggi lutut, sampai hujan reda. Dengan berpegangan tangan mereka berjalan pulang ke pondok.

Sambil menikmati sup panas, Shinji mendesah , “Aku takkan dapat menyelamatkan tambang itu tanpa dirimu. Terima kasih, Yumi.”
“Sama-sama,” gadis itu menjawab sambil tersenyum tenang seperti biasa, lalu tanpa berkata-kata dia masuk ke kamarnya.

Beberapa hari kemudian , sebuah telegram datang mengabarkan bahwa Keluarga Matsutoya dan Keluarga Kubota akan tiba minggu berikutnya. Meskipun berusaha keras menutup-nutupinya , jantung Shinji kembali berdebar-debar seperti dulu karena harapan akan bertemu lagi dengan Asaka. Dia dan Yumi pergi ke stasiun kereta api. Mereka melihat keluarga mereka turun dari kereta api di ujung peron.

Ketika Asaka muncul , Yumi menoleh kepada Shinji. “Sambutlah dia,” katanya.
Dengan kaget, Shinji berkata tergagap, “Apa maksudmu?”
“Shinji , sudah lama aku tahu bahwa aku bukan putri Matsutoya yang kau inginkan. Aku memperhatikan bagaimana kau bercanda dengan Asaka dalam acara Perayaan pesta bunga lalu.” Dia mengangguk ke arah adiknya yang sedang menuruni tangga kereta. “Aku tahu bahwa dia, bukan aku , yang kauinginkan menjadi istrimu.”
“Tapi…”
Yumi meletakkan jarinya pada bibir Shinji. “Ssstt,” bisiknya. “Aku mencintaimu, Shinji. Aku selalu mencintaimu. Karena itu , yang kuinginkan hanya melihatmu bahagia. Sambutlah adikku.”

Shinji mengambil tangan Yumi dari wajahnya dan menggenggamnya. Ketika Yumi menengadah, untuk pertama kalinya Shinji melihat betapa cantiknya gadis itu. Dia ingat ketika mereka berjalan-jalan di padang rumput, ingat malam-malam tenang yang mereka nikmati di depan perapian, ingat ketika Yumi membantunya mengisi karung-karung pasir. Ketika itulah dia menyadari apa yang sebenarnya selama berbulan-bulan telah tidak diketahuinya.

“Tidak, Yumi. Engkaulah yang kuinginkan.” Shinji merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya dan mengecupnya dengan cinta yang tiba-tiba membuncah didalam dadanya.

Wapres Mesir Lolos dari Upaya Pembunuhan, 2 Pengawalnya Tewas



Kairo - Mesir terus bergolak. Wakil Presiden (Wapres) Mesir Omar Suleiman bahkan telah menjadi target upaya pembunuhan. Suleiman lolos dari percobaan pembunuhan itu. Namun akibatnya, dua pengawalnya tewas.

Demikian diungkapkan sumber-sumber kepada Fox News Channel seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (5/2/2011).

Upaya pembunuhan yang gagal itu kabarnya terjadi beberapa hari terakhir seiring memanasnya situasi di Kairo. Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs tidak bersedia berkomentar mengenai hal ini ketika ditanyakan wartawan.

Namun seorang pejabat senior pemerintah Amerika Serikat membenarkan kejadian tersebut. Dikatakan pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya itu, percobaan pembunuhan itu terjadi tak lama setelah Suleiman diangkat menjadi Wapres Mesir.

Pejabat AS tersebut tidak merinci bagaimana peristiwa itu terjadi. Namun menurutnya, serangan tersebut terorganisir dan terjadi saat iring-iringan kendaraan.

Mesir mulai dilanda aksi demonstrasi besar-besaran sejak Januari lalu. Para demonstran menuntut pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak. Namun Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun, hingga kini menolak mundur secepatnya.

Mubarak telah menyatakan dirinya akan mundur setelah pemilihan umum yang rencananya akan digelar pada September mendatang. Padahal para demonstran menginginkan Mubarak untuk mundur saat ini juga.

Obama: Mubarak Harus Dengar Suara Rakyat Mesir


Washington DC - Presiden AS Barack Obama kembali mengeluarkan pernyataan terkait krisis di Mesir. Obama secara implisit meminta Mubarak untuk mengundurkan diri.

"Saya percaya bahwa Presiden Mubarak peduli tentang negaranya. Dia bangga, tetapi ia juga seorang patriot," kata Obama seperti dikutip AFP, Sabtu (5/2/2011) dini hari.

Obama menyarankan agar Mubarok meminta nasehat dan saran kepada orang-orang terdekatnya. "Dia perlu mendengarkan apa yang disuarakan oleh rakyat Mesir, dan membuat penilaian ke depan tentang jalur yang tertib, tapi bermakna dan serius," papar Obama.

Obama tidak secara eksplisit mengatakan bahwa Mubarak harus meninggalkan kekuasaannya. Namun gedung putih sangat sensitif terhadap persepsi bahwa rencana itu rekayasa masa depan politik Mesir.

"Pertanyaan kunci ia harus bertanya kepada dirinya sendiri adalah, 'bagaimana saya meninggalkan warisan belakang di mana Mesir mampu melewati periode transformatif ini?" kata Obama.

"Harapan saya adalah, adalah bahwa dia akan akhirnya membuat keputusan yang tepat," tandas Obama.

Jutaan massa pro demokrasi berkumpul dan menuntut Mubarak di Tahrir Square, Kairo, sejak Jumat (4/2). Massa terus menuntut agar Mubarak turun dari jabatannya sebagai Presiden Mesir, meski hingga kini Mubarok tetap bertahan.

Mubarak Masih Bertahan, Amr Moussa Siap Maju Jadi Presiden Mesir

HOSNI MUBARAK

Unjuk rasa jutaan massa yang menentang Presiden Mesir Hosni Mubarak berakhir. Sabtu (5/2) dini hari waktu setempat di Lapangan Tahrir, Kairo massa membubarkan diri. Demo terbesar mengusung slogan 'Hari Pengusiran' itu sukses memberi tekanan kepada Mubarak.

Mubarak memang masih bertahan, tetapi dunia internasional, sebut saja dari Amerika Serikat dan Uni Eropa, kini tak lagi mendukung presiden yang telah berkuasa selama 30 tahun itu.

"Mubarak harus mendengar tuntutan rakyatnya," kata Presiden AS, Barack Obama seperti dikutip AFP.

Senada dengan Obama, para pemimpin Eropa di Brussels, Belgia meminta Mubarak mendengarkan suara rakyatnya. Uni Eropa meminta transisi dilakukan secepat mungkin.

Sedang Mubarak, dalam pernyataan terakhirnya, sebelum demo terbesar berlangsung, dia mengkhawatirkan keadaan Mesir kalau dia mundur. Mubarak yakin Mesir akan jatuh dalam huru hara.

Sementara itu, kandidat kuat pengganti Mubarak, yakni Sekjen Liga Arab Amr Moussa menyatakan kesiapannya untuk maju sebagai kandidat presiden, seandainya pemilu dipercepat.

Seperti dikutip dari Al Ahram, Moussa menyatakan dia siap ambil bagian dalam pemerintahan transisi. Moussa juga menyatakan pemerintahan baru di Mesir harus bisa merangkul semua golongan termasuk Ikhwanul Muslimin.

Punya 'Motor Juara', Lorenzo Belum Puas

Getty Images

Sepang - Usai menjalani sesi ujicoba di Sepang Jorge Lorenzo menyebut dirinya sudah punya motor yang bisa mengantar mempertahankan gelar juara. Meski begitu, dia ternyata belum puas. Kenapa?

Lorenzo menutup sesi latihan terakhir di Sirkuit Sepang dengan duduk di posisi tiga. Dia kalah cepat duo penunggang Honda, Marco Simoncelli dan Casy Stoner.

Dengan tunggangan terbarunya itu Lorenzo menyebut punya peluang untuk mempertahankan gelar juara dunia. Kalau dia masih belum puas itu karena motor dianggap masih bisa dimaksimalkan kembali, demi meraih ambisi menyamai jumlah sembilan kemenangan di musim 2010 lalu.

"Saya mendapat feel yang bagus dengan cara saya membalap dan motor sudah mengalami perkembangan sedikit, tapi kami tetap masih butuh pengembangan (pada) hal yang sama seperti tahun lalu, yakni traksi di ban belakang dan mesin," sahut Lorenzo di Crash.

Musim lalu Lorenzo memang tampil dominan di ajang MotoGP. Kehilangan kompetitor utama, Valentino Rossi, yang mengalami cedera, Lorenzo meraih sembilan kemenangan dan hanya sekali finis di luar podium. Catatan seperti itulah yang coba di ulang musim ini.

"Top speed mesin sudah bagus, tapi kami butuh akselerasi yang lebih di gigi kedua atau tiga. Semua orang mau motor yang lebih baik. Itu Normal. Saat kini kami sudah punya motor juara, tapi saya ingin memenangi jumlah yang sama seperti tahun lalu, dan pastinya itu akan sulit saat ini."

"Kami sudah mengembangkan sedikit dalam semua hal, tapi saya pikir kami butuh lebih untuk mengulang hasil tahun lalu. Kompetisinya sangat sulit sekarang," tuntas Lorenzo.

Selasa, 01 Februari 2011

AddThis - Get Your Button Code

AddThis - Get Your Button Code

REVOLUSI MESIR


Korban terus berjatuhan seiring meluasnya demonstrasi antipemerintah di kota-kota utama di Mesir, Sabtu (29/1/2011). Sedikitnya 48 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara demonstran dan polisi sejak aksi pecah, Selasa.

Korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Massa yang marah mengeroyok tiga polisi hingga tewas di kota Rafah, dekat Sinai. Di Kairo, polisi—yang dibenci masyarakat karena tindak represif terhadap rakyat selama ini—ditarik dari jalanan dan digantikan tentara Mesir.

Jumlah korban dikhawatirkan akan terus bertambah seiring semakin beringasnya massa. Stasiun televisi Al-Jazeera melaporkan, polisi melepaskan tembakan ke arah massa yang berusaha menyerbu Gedung Kementerian Dalam Negeri di Kairo, Sabtu siang.

Penjarahan merajalela setelah sekitar 60 persen kantor polisi di Mesir dibakar massa. Bentrokan juga terjadi di kota pelabuhan utama Ismailiya, sebelah timur laut Kairo. Sementara massa di Alexandria menginap di masjid di tengah kota dan bersiap beraksi lagi.

Di Kairo, puluhan ribu warga menyerukan Presiden Mesir Hosni Mubarak segera mundur dan pergi dari Mesir. ”Kami datang ke sini untuk menyerukan, ’Kami tidak menginginkan kamu sama sekali, kami ingin kau keluar dari negara ini!’” seru pengacara Mohammed Osama (25), yang turut dalam aksi di Lapangan Tahrir, Kairo.

Massa mengacuhkan langkah pembubaran kabinet dan janji reformasi, yang diumumkan Mubarak melalui televisi nasional, Sabtu selepas tengah malam. Mubarak berjanji segera membentuk pemerintahan baru, tetapi menegaskan tak akan mundur dari kursi presiden yang sudah ia duduki 30 tahun.

Rakyat Mesir menunggu-nunggu apakah Mubarak akan menunjuk kembali Menteri Dalam Negeri Habib Al-Adly, pejabat yang membawahkan kepolisian dan orang paling dibenci rakyat Mesir. Meski demikian, sebagian besar rakyat menganggap pernyataan dan janji Mubarak sudah terlambat dan menuntut presiden berusia 82 tahun itu segera lengser.

”Presiden Mubarak tidak memahami pesan yang disampaikan rakyat Mesir. Pidatonya sangat mengecewakan. Protes akan terus berlanjut sampai rezim Mubarak tumbang,” kata pemimpin oposisi Mesir, Mohamed ElBaradei, kepada stasiun televisi France24.
ElBaradei mengaku siap memimpin pemerintahan transisi jika diminta dan akan ikut aksi demonstrasi untuk memaksa Mubarak turun.
Kelompok oposisi yang dilarang pemerintah, Persaudaraan Muslim (Moslem Brotherhood), Sabtu, menyerukan agar transisi kekuasaan berjalan secara damai dengan pembentukan kabinet peralihan. Sebanyak 50 tokoh pemimpin Persaudaraan Muslim termasuk dalam 350 orang yang ditangkap aparat pemerintah Mesir, Jumat.
Hari Sabtu, sebagian jaringan telepon seluler mulai aktif kembali, tetapi jaringan internet masih diputus pemerintah.

Reaksi dunia

Presiden AS Barack Obama mendesak pihak berwenang di Mesir tidak melanjutkan menggunakan kekerasan untuk menghadapi para demonstran. Pesan Obama itu disampaikan saat ia menelepon Mubarak secara pribadi selama 30 menit.
Obama mendesak Mubarak mengambil langkah konkret menuju reformasi politik di Mesir dan agar Mubarak mengubah ”momen kegentingan” menjadi ”momen pengharapan”. Washington juga mengancam akan meninjau ulang bantuan bernilai miliaran dollar AS yang selama ini diberikan kepada Mesir apabila aparat keamanan negara itu bertindak kelewat batas terhadap para demonstran.
Mesir adalah salah satu sekutu utama AS di Timur Tengah dan salah satu penerima bantuan AS terbesar di dunia. Setiap tahun, AS menyuplai bantuan 1,3 miliar dollar AS khusus di sektor pertahanan saja.

Senator John Kerry, Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, di sela-sela pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, juga menyatakan, Presiden Mubarak harus mengambil langkah yang akan dianggap berarti bagi rakyat Mesir. ”Membubarkan pemerintahan saja tidak bermakna apa pun. Menurut saya, dia harus berbicara mengenai berbagai masalah yang benar-benar dirasakan rakyat,” tutur Kerry.

Pernyataan senada disampaikan Menteri Luar Negeri Inggris William Hague, Sabtu. Ia mendesak Mubarak menaruh perhatian serius terhadap tuntutan rakyat Mesir. Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris David Cameron, yang juga sedang menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos, mengatakan, Mesir membutuhkan reformasi.

”Dia harus memanfaatkan momen ini untuk membuat reformasi yang nyata, dan mendasarkan reformasi itu pada nilai-nilai universal yang menjadi hak setiap warga negara di dunia ini,” ujar Hague.

Meski demikian, tak semua pemimpin dunia mendukung pengunduran diri Mubarak. Raja Abdullah dari Arab Saudi mendukung Presiden Mubarak dan menyayangkan pihak-pihak yang telah mengganggu stabilitas dan keamanan Mesir. Sabtu pagi, Raja Abdullah menelepon Mubarak dari Maroko, tempat ia baru saja menjalani operasi tulang belakang.

Menurut kantor berita SPA, Raja Abdullah mengecam para pengacau yang telah mengganggu keamanan dan stabilitas Mesir dengan mengatasnamakan kebebasan berekspresi.

Israel, yang berbatasan langsung dengan Mesir dan menjalin hubungan baik dengan pemerintahan Mubarak selama ini, juga khawatir apabila terjadi perubahan rezim di Mesir karena itu berarti Israel akan kehilangan satu ”teman” lagi di Timur Tengah dan harus memikirkan strategi baru serta bernegosiasi ulang dengan penguasa Mesir yang baru.



Aksi massal ini berlangsung setelah kalangan aktivis menyerukan ”satu hari revolusi” melalui pesan yang disebarkan di internet. Barisan polisi anti kerusuhan menghadapi dan berusaha membubarkan massa pengunjuk rasa di Kairo dengan gas air mata.
Beberapa pekan kerusuhan di negara tetangga Mesir, Tunisia, akhirnya menumbangkan Presiden Zine al-Abidine Ben Ali awal bulan ini. Demonstrasi jarang terjadi di Mesir, mengingat pemerintah Presiden Hosni Mubarak yang berkuasa sejak 1981 tidak menenggang perbedaan pandangan.
Aksi-aksi politik di Kairo dikoordinasikan aktivis lewat laman di situs jejaring sosial Facebook. Puluhan ribu pendukung mengklik laman tersebut untuk menyatakan mereka akan ikut serta.

"Saya datang kemari dengan kesediaan untuk mati, saya tidak takut apa-apa.
Tareq el-Shabasi "
Wartawan BBC Jon Leyne di Kairo mengatakan rapat umum digelar di beberapa tempat di Kairo, dan jumlah warga yang ikut lebih banyak dari yang diharapkan penggerak aksi. Konfrontasi yang diwarnai bentrokan terjadi di beberapa tempat, katanya. Di depan gedung parlemen, barisan polisi yang dibekali perisai, gas pemedih mata dan meriam air bentrok dengan massa demonstran yang melemparkan batu.
‘Tidak takut’
Kantor berita AP melaporkan di Lapangan Tahrir di tengah Kairo, demonstran menyerang meriam air polisi, membobol pintu pengemudi dan menggelandang keluar petugas dari kendaraan lapis baja tersebut.
Polisi menghalau mundur massa demonstran dengan pentungan setelah sebagian pengunjukrasa mencoba menerobos barikade polisi agar bisa mencapai tempat demonstrasi utama, lapor AP. Salah seorang demonstran, Tareq el-Shabasi, 43 tahun, mengatakan kepada AP: “Saya datang kemari dengan kesediaan untuk mati, saya tidak takut apa-apa.”
'Demonstran di MEsir.
Pengunjuk rasa di Kairo terlibat bentrok dengan aparat keamanan. Kantor berita AFP melaporkan demonstran berkumpul di luar Gedung Mahkamah Agung, dan membentang berbagai plakat bertuliskan ‘Tunisia adalah solusinya.”
Mereka kemudian menerobos barikade polisi dan mulai berarak di jalan-jalan kota sambil berpekik: ”Ambruklah Mubarak.” Kantor berita Reuters melaporkan bahwa sebagian meneriakkan yel-yel yang ditujukan ke putra Presiden Mubarak, Gamal, orang yang diyakini kalangan analis politik sedang diperisapkan menggantikan ayahnya di kursi presiden.
”Gamal beritahu ayahmu bangsa Mesir benci kamu,” teriak massa. Penggerak demonstrasi menggalang aksi dengan harapan protes akan tertuju ke penyiksaan, kemiskinan, korupsi dan pengangguran. Mereka menyebut aksi massal hari Selasa ”awal dari akhir”.
”Ini akhir kebungkaman, kebisuan, kepasrahan atas perkembangan di negara kami,” kata mereka dalam komentar yang disiarkan kantor berita Reuters. ”Ini akan menjadi awal babak baru dalam sejarah Mesir -beraksi dan menuntut hak kami,” tambah mereka. Mesir menghadapi masalah sosial dan politik yang mirip dengan kondisi yang memicu keresahan sosial di Tunisia, seperti kenaikan harga bahan pangan, pengangguran, dan kemarahan atas praktik korupsi oleh pejabat.
Namun massa kubu oposisi politik Mesir terpecah menjadi dua. Mereka harus memilih protes yang digerakkan oleh salah seorang tokoh Mesir, Mohamed ElBaradei -mantan bos badan atom PBB, IAEA- atau memperkuat barisan demonstrasi gerakan berpengaruh berhaluan Islam, Ikhwanul Muslimin.


KAIRO – Kepolisian Mesir menembakkan gas air mata dan peluru karet serta memukuli para demonstran dan mengusir mereka dari alun-alun Kairo Rabu waktu setempat. Demonstrasi besar-besaran ini menentang peraturan otoriter yang dikeluarkan oleh presiden Mesir Husni Mubarak.
Dua orang demonstran dan seorang petugas polisi terbunuh dalam demonstrasi yang digelar di hampir penjuru negeri yang terinspirasi dari pemberontakan yang terjadi di Tunisia, yang juga meminta solusi bagi kemiskinan dan juga mengenai kenaikan harga bahan bakar pada saat pemilihan presiden tahun ini.

Gerakan yang dimulai melalui internet ini mengundang ribuan orang berbondong-bondong mendatangi alun-alun Kemerdekaan di Kairo pada Selasa kemarin, beberapa demonstran melemparkan batu dan juga menaiki kendaraan polisi.
“Turunkan Husni Mubarak, turunkan tirani,” teriak kerumunan. “Kami tidak menginginkanmu!” mereka berteriak pada saat ribuan polisi diturunkan untuk mengamankan para demonstran.

Pada saat malam tiba, ribuan demonstran masih juga belum membubarkan diri, mereka masih berada di alun-alun tersebut yang hanya berjarak beberapa meter dengan gedung parlemen dan gedung pemerintahan lainnya. Para demonstran memblokir jalan dan membuat suasana semakin tegang.
Sekelompok pasukan keamanan pun dikerahkan pada pukul satu malam, menangkap orang-orang yang tidak mau membubarkan diri, mengejar mereka dan menembakkan gas air mata. Para demonstran pun berjatuhan karena kesulitan bernapas di tengah kepulan gas air mata.

Suara tembakan senapan otomatis pun terdengar ketika polisi mengejar ratusan orang yang berlari menuju sepanjang sungai Nil. Sekira 20 petugas secara brutal memukuli seorang demonstran dengan menggunakan tongkat.
Ketidak puasan dengan otoritas kepolisian negara Mesir telah menjadi momok selama bertahun-tahun di negara tersebut. Akan tetapi, pemberontakan di Tunisia lah yang membuat para pemuda turun ke jalan

“Ini adalah untuk pertama kalinya saya turun protes, tapi kami merupakan negara yang penakut. Kini akhirnya bisa mengatakan tidak,” ujar Ismail Syed, seorang petugas hotel yang bertahan hidup dengan penghasilan Rp452 ribu per bulan.
“Kami ingin melihat perubahan, seperti halnya Tunisia,” ujar Lamia Rayan